Mempelajari
VAPING
Banyak berpendapat bahwa Vape itu berbahaya, tetapi
menurut saya tidak. Kenapa karena kandungan yang terdapat dari liquid adalah
murni dari beberapa bahan yang dikonsumsi atau digunakan pada bahan makanan.
Kembali ke vape, vape adalah roko elektrik. Yang mengeluarkan panas pada coil
(kawat), dan menghantarkan uap dengan liquid yang diserap oleh kapas vape itu
sendiri. Beberapa komponen pada vape seperti mod, baterai, coil, dan RDA atau
bagian hisapan ini menimbulkan uap. Saya sendiri merasakan bagaimana peralihan
dari roko tembakau dan beralih mengkonsumsi roko elektrik itu sendiri. Pada
dasarnya saya sendiri merasakan seperti ada dampak buruk yang akan ditimbulkan
dari ini. Berawal saya belajar dan memahami beberapa artikel tentang vape dan
beberapa saudara saya menggunakan vape, maka dari itu saya beralih atau pindah
haluan dari rokok tembakau dan menjadi Vapor.
Apa ada dampak negativ setelah saya menggunakan ini?
Tentu ada yaitu biaya cost untuk pembelian seperangkat Vaping yang terbilang
“Kaget” di awal saja. Saya menggunakan Mod Battlestar, dengan baterai AWT dan
RDTA dari alpine dengan balutan goldplate. Seperangkat set untuk vape itu
sendiri saya beli sekitar Rp 1.100.000. Cukup lumayan bukan untuk membeli
seperangkat vape itu sendiri, tapi ini semua hanya pokok saja, tentu saya juga
membutuhkan charger yang saya beli sekitar Rp 250.000, kawat untuk koiling
sekitar Rp 65.000 sekitar 3 meter (yang saya pake sudah hampir 3 bulan lamanya
belum habis, kapas vape Rp 65.000 isi 10 bisa saya pakai sekitar 1 sampe 2
bulan, dan liquid dengan harga variatif yang saya beli antara Rp 100.000 s.d Rp
170.000. Belum lagi saya membeli seperangkat toolkit untuk merakit koil
keinginan kita sendiri tanpa harus membuat di toko Vape manapun dengan
mengeluarkan kocek sebesar Rp 20.000. Kan lumayan, malah niatnya untuk
mengurangi biaya meroko malah jadi sama saja mengluarkan kocek untuk bisa
membuat kawat vape itu sendiri. Jadi kesannya malah lebih boros daripada roko
tembakau itu sendiri.
Oke kita bahas satu persatu rinciannya ya. Untuk mod
(mesin penghantar panas dari listrik/baterai) sebenarnya banyak harga yang
lebih mahal ataupun lebih murah. Tetapi karena untuk merek yang saya pilih
adalah merek ternama yaitu “SMOANT” dan jenis yang saya pilih adalah
“BATTLESTAR”. Kenapa saya memilih mod ini? Alasan pertama adalah recommended.
Jujur saja awalnya saya kurang suka, karena saya biasa memegang mod kepunyaan
sepupu saya yang harganya jauh lebih mahal dari mod kepunyaan saya. Dan yang
saya fikir dulu adalah yang mewah biasanya yang mengeluarkan Watt yang besar
atau yang terbaik. Tapi ternyata enggak. Pada dasarnya semua dikembalikan
kepada pembeli atau pemiliknya masing-masing. Jadi jangan tergiur dengan harga
mahal untuk memperjuangkan eksistensi dengan subjek MAHALnya atau gengsinya ya.
Balik lagi ke mod yang saya pilih. Mod yang saya pilih sangat nyaman sekali
untuk digenggam. Desainnya yang simpel dengan tekstur seperti ada bodykit di
mobil gitu. Hehehehe... Dengan pencetan atau push button yang empuk dan tidak
menyulitkan untuk menyalakan atau mematikan power mod nya sendiri. Dan untuk
pengaturan wattnya hanya menyeting ke kanan dan kiri. Dan ini menurut gue mod
yang sangat nyaman versi gue. Selain itu adanya screen pengaturan watt dan ada nilai
ohm coil yang kita buat di RDA/Atomizernya sama muncul berapa jumlah voltase
yang dihasilkan dari batre menuju coil. Dan menurut gua dengan harga segini
udah cukup murah dengan kualitas yang lumayan cukup besar.
Sudah membicarakan MOD sekarang kita masuk ke baterai.
Baterai yang gua pilih adalah merek AWT. Gua lupa untuk serinya kalo gak salah
18650 3100 mAH. Kenapa lupa karena baterai yang gua beli bungkusan baterainya
sudah gua ganti dengan gambar Captain America. Hahaha .. Niatnya siih cuma
sekedar lucu, tapi lumayan berkesan, dengan mengeluarkan kocek sebesar Rp
15.000 baterai gua jadi pusat perhatian dari vapor – vapor pemula, termasuk gua
juga sih. Dulu tapi hahaha.. Jadi ini sebenernya dinamain Wraping ulang
baterai. Yang kita tau di dunia otomotif wraping itu identik sama skotlet. Ya
samanya sama ini mungkin, tapi ini bahannya bukan untuk nempel, jadi dia
semacam plastik yang emang ukurannya dipaskan buat seukuran baterai itu. Dan
kemudian dipanasin dengan korek api. Jadilah baterai custom Captain America
ini. Hehehe… Untuk baterai yang dipakai di Mod gua ini, gua menggunakan 2
baterai. Ya pada dasarnya sekarang untuk Mod terdapat beberapa jenis mulai dari
hanya 1 baterai yang rata-rata digunakan para vapor mekanik hingga 3 baterai.
Gua mungkin belum lihat yang lebih dari 3 baterai, mungkin ada tapi gua merasa
dengan Mod gua pakai untuk satu hari full saja sudah tercover. Jadi mungkin gua
belum ada niat lagi buat beli Mod yang melebihi 3 baterai.
Baterai sudah Mod sudah kita lanjut ke atas pada part
Atomizer/RDA. Gua jujur pernah dijelasin kepanjangan dari RDA, RDTA, atau RTA.
Gua lupa, karena gua ngetik melalui offline di Ms Word jadi gua Cuma jelasin
aja perbadaanya itu apa. RDA isinya hanya coil dan kapas vape jadi cara
penggunaan pada vape beberapa kali harus sering di teteskan liquid. Misalkan
satu kali tetes liquid untuk 3 kali hisap, tetapi pada RDA terutama yang
authentic atau original biasanya mengluarkan uap yang cukup banyak, malah lebih
banyak daripada atomizer jenis yang lainnya. Lanjut ke RDTA, RDTA isinya ada
tank untuk penampungan liquid biasanya letaknya dibawah coil dan kapas vapenya,
jadi isinya hanya sekali untuk isapan bisa mungkin lebih dari 30 kali hisap.
Beda dengan RDA yang harus meneteskan liquid terus – menerus ke kapas agar tidak
terjadi kekeringan dikapas karena tidak adannya cairan liquid dikapas. Istilah
otomotifnya adalah overheat. Jadi kepanasan deh itu si kapas, bukanya
mengeluarkan uap malah mengeluarkan kepulan asap kapas atau bau kertas
terbakar. Maka dari itu keuntungan memakai RDTA adalah kalo kapasnya diatas
sudah berasa kering sedikit tinggal membalikan vapenya aja, jadi simpel. Dan
untuk RTA jujur sebenernya saya belum pernah makai, tapi pernah liat RTA punya
temen kantor, tapi kalo menurut saya malah lebih rumit dari RDA/RDTA. Kenapa
saya bilang gitu, koil/kapasnya itu saya lupa, itu dijual terpisah. Dan
harganya untuk sekali maintenance penggantian part tersebut sekitar Rp 25.000,
jadi menurut saya harganya jadi sedikit lebih boros. Walaupun tidak membuat
ribet dalam perakitan koil ataupun kapas. Intinya semua punya kelebihan
masing-masing.
Dan untuk atomizer yang saya pilih sudah jelas jenis
RDTA. Saya membeli merek Alpine dengan kisaran harga Rp 350.000. Kenapa mahal?
Karena ini authentic / original sudah jelas, dan menurut saya untuk pembuatan
coil di atomizer ini tidak terlalu rumit. Jadi sedikit memudahkan saya untuk
menggunakan Vape. Dan yang paling saya senang adalah warnanya yang dilapiskan
dengan Gold Plate. Jadi hampir mirip menggunakan Part blink – blink layaknya
Princes Syahrini. Hahaha .. Sebenernya bukan berarti gua rada gimana itu ya,
karena yang gua beli dengan merek ini dan jenis ini hanya ada warna gold aja.
Jujur gua sebenernya maunya warna hitam atau silver, karena biar masuk dengan
warna Mod gua yaitu warna silver. Dan untuk alat yang gua hisap ke mulut gua
itu adalah dipstick. Bukan lipstick ya. Dipstick yang ada di Mod gua ini
berbahan teflon kayanya ya, jadi gak mengeluarkan panas sedikitpun, kecuali di
RDTA gua nya ya terutama di bahan gold platenya. Pernah di awal gua pake gua
isep terus itu vape gua sampe bibir gw ketempel dan malah melepuh karena
ketempel di RDTAnya. Lumayan sakit, ya tapi gapapa dari situ gua belajar
sedikit demi sedikit gimana rasanya punya vape dan jangan sampai gua dibodohin
sama vape gua itu sendiri. Hahahaha..
Di dalam Atomizer gua terdapat coil dengan berbahan
nichrome, beberapa pasti tau apa jenis kawat nichrome, kalau menurut gua kawat
nichrome adalah kawat yang benar-benar sangat mudah untuk membuat coil vape.
Cara aturnya gampang, mengeluarkan rasa yang lumayan besar, jadi gua
recommended dengan kawat nicrhome dibanding dengan kawat vape yang sudah
langsung jadi seperti claptopn, khantal dll. Dengan bekal toolkit yang gua beli
beberapa partnya di Tokopedia.com jadi gua bisa lebih mudah membuat kawat tanpa
harus mengeluarkan biaya yang lebih. Untuk kapas pernah saya memakai merek
Atomix premium, sedikit lebih murah dari kapas yang saya pakai sekarang yaitu
Cotton Bacon. Merek atomix adalah merek pemula menurut sepupu gua. Dan menurut
gua, gua udah semampunya bikin itu koil dan kapas yang tertanem di koil tapi
selalu putus. Makanya mulai dari situ gua pindah haluan ke Cotton Bacon. Entah
guana yang gak bisa ngerakit kapas Atomix atau emang kapasnya seperti itu.
Jadi untuk seperangkat barang vape sudah saya kasih
solusi untu yang rekomen menurut saya, dan untuk step terakhir adalah bagaimana
cara kita memulai dengan rasa atau uap yang dikeluarkan seberapa banyaknya.
Kalau saya jujur merokok tembakau jujur saya mementingkan rasa, maka dari itu
pada saat saya memulai menjadi vapor saya mulai mencermati rasa apa yang
mungkin saya suka hingga saya ketagihan dan mulai berhenti merokok tembakau dan
melanjutkan ke rokok elektrik. Beberapa rasa saya coba dari harga Rp 100.000
yang paling murah hingga Rp 250.000 di harga yang paling mahal yang biasanya
diproduksi diluar negeri seperti US. Entah kenapa apa tenggorokan atau mulut
saya yang kurang cocok dengan harga yang mahal atau saya yang gak bisa
merasakan rasa yang nikmat dari beberapa liquid mahal. Dan saya akhirnya
memilih liquid Grappy yaitu rasa anggur yang di mix dengan rasa apple. Liquid
ini diproduksi di Indonesia dengan merek distribusi pencetusnya yaitu CMW.
Entah artinya apa tapi yang jelas saya sangat suka. Sudah hampir 15 botol saya
beli dan belum pernah merasakan bosen seperti halnya teman – teman saya yang
tidak bisa membiasakan membeli liquid dengan satu rasa secara terus – menerus.
Seperti yang tadi saya bilang, kalau hanya membeli vape
saja tidak dengan toolkit atau charger eksternal kayanya sedikit hambar.
Terlebih lagi untuk mencharger baterai vape tidak baik apabila di charger di
Modnya. Beberapa temen gua banyak yang charger di Modnya. Terutama yan portnya
ada lobang USB. Sebenernya bisa di charger cuma gak terlalu di rekomended info
orang – orang pedagang atau penjaga toko Vape.
Karena sebenarnya port USB yang terdapat pada mod adalah sebenarnya
untuk update chip dari Mod itu sendiri, sedikit saya tahu soal chip yang ada di
Mod, jadi setiap Mod dengan generasi terbaru seperti saya ini bisa di upgrade,
entah Wattnya atau sistem yang ada di dalem Mod itu sendiri. Karena gua sendiri
belum pernah mencobanya. Jadi mudah – mudahan beberapa temen newbie kepengen
tau sebenernya fungsinya apa, dan kapan ketika dipakai. Jadi sekali lagi gua
gak rekomendasikan untuk mencharger di Modnya itu sendiri.
Ada gak sih efek sampin pas lo pake Vape selain biaya?
Kalo menurut gua sih gak ada. Gua belajar semuanya ada di internet. Mulai dari
youtube dari sepupu gua terutama via video call di whatsapp. Gua niat sampe
belajar jam 3 pagi untuk ngebuat coil dan merakitnya. Sumpah sebelajar –
belajarnya gua niat bikin tugas gak ada seniat ini ngerakit vape. Balik lagi ke
efek samping, sama sekali gua ngerasain belum ada efek sampingnya. Malah gua
merasakan nafas gua jadi lebih lega, biasanya setiap pagi gua selalu bengek,
batuk – batuk berdahak sampe sakit tenggorokan. Tapi semenjak gua ngevape itu
semua hilang gitu aja. Malah sekarang gua ngerasain roko tembakau aja itu
HAMBAR. Mulut gua terasa gak nyaman karena gak ada rasa – rasa buah kaya yang
dikeluarkan di liquid. Maka dari itu gua beralih ke rokok elektrik ini. Banyak
hasutan – hasutan soal efek samping dari Vape. Sampai akhirnya ada sebuah
liputan dokter di Denmark yang didatengin juga dokter dari ITB Bandung dan
menyatakan bahwa Vape tidak terlalu membahayakan dibandingkan Roko Tembakau
yang bahayannya di kandungan TAR itu sendiri. Alhamdulilah semenjak gua
ngevape, gua jadi lebih irit. Seminimalnya dulu gua beli rokok 1 bungkus perhari
dengan harga Rp 20.000 dan dikalikan 7 hari. Kan lumayan seminggu Rp 140.000
malah bisa lebih tergantung dari kesibukan perhari saya bekerja.
Jadi intinya dari artikel panjang dari saya ini
menyimpulkan, untuk para newbie atau pemula yang mau menjadi Vapor, intinya
adalah ketika lo beli barang dan barang itu tidak dirawat yaitu berdampaknya
dengan kerusakan. Maka dari itu gua sendiri bilang, pengguna vape adalah
pengguna yang sangat detail, mulai dari kebersihan, ketelitian, dan
kedisiplinan dalam materi tentunya. Beberapa orang mungkin ada yang setuju dan
ada yang enggak. Tapi gua sendiri sudah mengambil keputusan gua untuk tetap
menggunakan Vape. Karena gua pingin hidup sehat walaupun caranya kaya gini,
tapi seenggaknya gua sudah mengurangi kandungan racun dalam tubuh gua.
Terima kasih sudah membaca….
Regards
Syahrial
Rezky Ramadhan
While it is true that the e-liquid used in vaping devices contains ingredients that are commonly used in food, it is important to note that these ingredients are not necessarily safe when inhaled into the lungs. Inhaling any substance, even those deemed safe for consumption can have different and potentially harmful effects on the body.
BalasHapus